Mengenal Watak Sejati sebagai Anugerah Termulia
Dalam ajaran Khonghucu, setiap manusia terlahir dengan anugerah dari Tian (Tuhan Yang Maha Esa) yang disebut Watak Sejati (性 - Xìng). Watak Sejati ini adalah kodrat suci dan fitrah manusia yang pada dasarnya baik. Ia adalah Firman Tian yang menjadi daya hidup rohani di dalam diri manusia.
Watak Sejati ini membuat manusia dikatakan makhluk yang sempurna dari ciptaan Tuhan lainnya. Watak Sejati pada hakikatnya akan berkembang seiring berjalannya waktu dalam kehidupan ini. Watak Sejati akan saling mendekatkan ciptaan Tuhan satu dengan yang lainnya, tetapi kebiasaan buruk yang saling menjauhkan.
Watak Sejati bukanlah sebuah hiasan yang ada dalam diri manusia, melainkan jiwa dari daya hidup rohani itu sendiri. Watak Sejati Manusia memiliki keterikatan dengan Perasaan dan Daya Nafsu yang menunjukkan pentingnya keselarasan antara jasmani dan rohani manusia.
Unsur-Unsur Watak Sejati (性 - Xìng) Empat Benih Kebajikan
Empat benih kebajikan utama yang terkandung dalam Watak Sejati, yang harus terus dibina dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari:
1. Ren (仁): Cinta Kasih. Berwujud sebagai rasa welas asih dan tidak tega melihat penderitaan orang lain. Ini adalah akar dari kemanusiaan.
2. Yi (義): Kebenaran atau Keadilan. Muncul sebagai rasa malu untuk berbuat jahat dan menjunjung tinggi apa yang benar dan patut.
3. Li (禮): Kesusilaan. Tercermin dalam rasa hormat, sopan santun, dan kemampuan menempatkan diri dengan baik dalam hubungan sosial.
4. Zhi (智): Kebijaksanaan. Kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, serta membuat keputusan yang bijaksana.
Watak Sejati (性 - Xìng) sebagai "Perisai Diri"
Kata "perisai" merujuk pada makna pelindung. Watak Sejati sebagai perisai diri dapat dimaknai bahwa Watak Sejati menjadi pelindung diri manusia dalam mengarungi segala hal yang ada dalam kehidupan di dunia ini.
Beberapa aspek dari Watak Sejati sebagai perisai diri dalam kehidupan:
1. Perisai Moral: Dengan berpegang pada Kebenaran (Yi) dan Kesusilaan (Li), seseorang terlindungi dari godaan untuk melakukan perbuatan tidak baik. Rasa malu (Chi) yang merupakan bagian dari Yi menjadi benteng yang mencegah pelanggaran moral dan etika. Hal ini selaras dengan Sabda Nabi Kongzi dalam Kitab Lun Yu XII:1, "Mengendalikan diri dan kembali kepada Kesusilaan (Li), itulah Cinta Kasih (Ren)."
Kalimat ini menegaskan bahwa perisai terkuat lahir dari disiplin diri. Sebagai contoh,saat seorang pedagang dihadapkan pada godaan untuk mengurangi timbangan demi keuntungan lebih besar, rasa malu berbuat curang (Yi) dan etika berdagang yang pantas (Li) menjadi perisai moral yang menjaga kehormatannya.
2. Perisai Spiritual dan Emosional: Mengembangkan Cinta Kasih (Ren) dan membina hati nurani akan melindungi diri dari perasaan negatif seperti iri, dengki, dan dendam. Latihan meditasi atau "menyelami hati" yang dianjurkan dalam ajaran Khonghucu dapat membantu menenangkan emosi. Misalnya, ketika melihat kesuksesan rekankerja, Ren menjadi perisai yang melindungi hati dari rasa iri. Alih-alih dengki, hati yang dibina akan mampu turut bersukacita dan menjaga ketenangan batin.
3. Perisai dalam Menghadapi Tantangan Kehidupan: Konsep ini menjelaskan bagaimana Watak Sejati yang kokoh menjadi perisai yang memberikan ketahanan mental, spiritual, dan kearifan. Ajaran Mengzi mengajarkan bahwa kesulitan dan rintangan adalah sarana dari Tian untuk sebuah tujuan mulia: menggerakkan hati, meneguhkan Watak Sejati, dan menambah pemahaman serta kemampuan seseorang.
Dengan demikian, Watak Sejati berfungsi sebagai:
a. Sumber Ketahanan (Resilience): Ketika dihadapkan pada kegagalan atau tekanan, pemahaman akan Watak Sejati membuat seseorang tidak mudah putus asa. Ia memandang tantangan sebagai proses pembinaan diri untuk menjadi lebih kuat.
b. Kompas Moral: Dalam situasi sulit, Watak Sejati yang berlandaskan Kebenaran (Yi) dan Kebijaksanaan (Zhi) menjadi panduan untuk tetap mengambil keputusan yang benar dan adil.
c. Penjaga Keseimbangan Batin: Dengan membina Cinta Kasih (Ren) dan ketenangan, seseorang dapat menghadapi tekanan tanpa kehilangan kedamaian diri, sehingga batinnya tetap terlindungi dari gejolak negatif.
Perisai Sosial: Seseorang yang hidup selaras dengan Watak Sejatinya akan memancarkan kebajikan dan dapat dipercaya (Xin). Ini akan melindunginya dari konflik sosial yang tidak perlu dan membangun hubungan yang harmonis. Seorang pemimpin yang memegang teguh Xin akan terlindungi dari fitnah dan desas-desus. Rekam jejak integritasnya menjadi perisai sosial yang kokoh, karena kepercayaan yang telah ia bangun tidak mudah diruntuhkan.
Menjadi Manusia Junzi 君子
Kesimpulannya, membina Watak Sejati bukan hanya untuk melindungi diri sendiri. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai kepribadian luhur seorang Junzi 君子 (insan kamil). Seorang Junzi adalah pribadi yang hidupnya selaras dengan Jalan Suci (Tao), bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat, serta mampu menggemilangkan kebajikan yang dianugerahkan Tian. Dengan demikian, "perisai diri" ini tidak hanya bersifat defensif, tetapi juga aktif memancarkan kebaikan ke dunia.
Kontributor: Afat