Dr. Ongky Setio Kuncono, SH, SE, MM
Keimanan agama Khonghucu memiliki keunikan dimana ada semacam suatu tahapan(anak tangga) yang harus dipahami. Tahapan itu diawali dari hal yang sederhana menuju hal yang komplek, dari hal keduniaan menuju metafisika, dari spiritualitas menuju ke religiusitas, dari memahami manusia untuk memahani Tuhan ( jalan menuju Tuhan diawali dengan memahami kemanusiaan). Dalam Tengah Sempurna diajarkan tentang tahapan itu, "Jalan Suci seorang Jun Zi itu seumpama pergi ke tempat jauh, harus dimulai dari dekat; seumpama mendaki ke tempat tinggi, harus dimulai dari bawah" (Zhong Yong XIV : 1).
Seperti yang yang disampaikan Prof. Dr. LeeT. Oei, " Sebagaian besar cendekiawan China telah mengungkapkan bahwa alam pikiran Konfusius itu dimulai dari hal-hal yang bersifat kemanusiaan (Ren Dao) dan naik menuju kepada yang bersifat ketuhanan (Tian Dao).Namun demikian Prof.Lee T. Oei lebih memilih dan berkeyakinan, bahwa Jalan Suci Tuhan adalah menjadi dasar sistem etikanya dan diatas prinsip dasar itu beliau melaksanaka Jalan Suci manusia (Ren Dao)" (1994 : 1). Sesuai dengan pemikiran sebagian besar sarjana Konfusius, saya setuju dengan pendapat pertama dengan kebiasaan yang dilakukan dan dalam tradisi Konfusius bahwa Tuhan itu tidak bisa kita pahami kecuali kita lebih dahulu memahami manusia. Oleh karena itulah mengapa Konfusius sendiri menjawab dengan tegas suatu pertanyaan bagaimana mengabdi kepada Rokh ?"Sebelum mengabdi kepada manusia, betapa dapat mengabdi kepada Rokh( Lun Yu Jilid XI:12). Sangat imposible manusia bisa mengabdi Tuhan Nya dengan benar bahkan bisa mencintai Tuhannya, ketika tidak bisa menghormati dan mencintai sesama manusia. Seperti juga ketika Konfusius ditanya tentang kematian, dengan tegas menjawab" Sebelum mengenal hidup, betapa mengenal hal sesudah mati"( Lun Yu XI:12).Ini bukan berarti Konfusius tidak mengajarkan hal kematian atau afterlife, melainkan Konfusius menfokuskan pada umatnya yang sekarang dalam fase kehidupan di dunia harus konsentrasi pada tindakan dan perbuatan bajik untuk mengisi kehidupannya dengan bajik pula. Oleh karena itu Konfusius juga mengatakan "Pagi mendengar Dao(Jalan Suci) sore hari matipun Ikhlas". Artinya Konfusius respek tentang hal kematian begitu pula rokh dan Tuhan yang harus diperhatikan. Kenyataan itu bisa kita lihat dari anjuran Beliau tentang upacara dan sembahyang kepada leluhur dan juga Tian, Tuhan Yang Maha Esa melaui Li ( peribadahan dan upacara) yang sangat ketat. Bagi Konfusius bahwa, " Barang siapa berbuat dosa terhadap Tian, ia tidak memiliki dewa untuk disembah dan Konfusius sendiri selalu sembahyang dan doa sepanjang waktu yang lama sekali(Tu Wei Ming,2013). " Maka seorang Jun Zi tidak boleh tidak membina diri; bila berhasrat membina diri, tidak boleh tidak mengabdi kepada orang tua; bila berhasrat mengabdi kepada orang tua, tidak boleh tidak mengenal manusia, bila berhasrat mengenal manusia , tidak boleh tidak mengenal Tian,Tuhan Yang Maha Esa(Zhong Yong BAB XIX : 7).
Proses membina diri menjadi seorang Jun Zi yang memahami makna kehidupan serta mencurahkan kehidupannya , mengabdi dan berbakti kepada orang tua, leluhur juga Tian Pencipta Alam Semesta, itulah merupakan bentuk tahapan iman yang harus dilalui. Begitu pula bakti kepada orang tua dan leluhur ketika mereka masih hidup dan ketika mereka telah meninggal dunia harus melakukan bakti dalam bentuk Li (persembahyangan) adalah juga merupakan cara belajar manusia bisa berbakti dan bersembahyang kepada Tuhannya dengan benar. Itu semua merupakan tahapan iman yang harus dijalani dengan sebaik baiknya. Akhirnya manusia harus membekali diri melalui membina diri dengan bermodalkan "Kebajikkan" untuk menghadap kepada Tuannya. Sebab hanya dengan Kebajikan saja Tuhan berkenan (Wei De Dong Tian), itulah jalan menuju Tuhan sebagai jalan keselamatan hidup yang harus dipegang teguh.Shanzai.