Solo (Pusbimdik) — Kementerian Agama Kota Surakarta bersama para penyuluh lintas agama meluncurkan Gerakan Rumah Ibadah Berseri (GEMARI) Solo pada Selasa (24/9), bertempat di halaman Masjid Agung Surakarta. Kegiatan ini ditandai dengan penanaman biopori di enam rumah ibadah lintas agama di Kota Solo.
Awalnya GEMARI Solo dirancang sebagai gerakan membersihkan lingkungan rumah ibadah. Namun setelah meninjau beberapa lokasi, para penyuluh menilai rumah ibadah di Solo relatif terjaga kebersihannya. Oleh karena itu, ide kegiatan dialihkan menjadi penanaman biopori sebagai solusi menghadapi persoalan sampah daun kering dan genangan air akibat perubahan cuaca yang tidak menentu.
Enam rumah ibadah menjadi lokasi penanaman biopori, masing-masing lima titik, yaitu:
- Litang Gerbang Kebajikan MAKIN Solo
- Gereja Bethel Indonesia (GBI) Penumping
- Vihara Lotus
- Kapel Santo Yohanes Rasul
- Masjid Jamsaren
- Pura Indraprasta
Acara diawali dengan sambutan Ketua IPARI Solo, Bp. Pardi, S.Ag., M.Si., dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Surakarta, Bp. H. Ahmad Ulin Nur Hafsun, S.Th.I., M.Pd.I. Selanjutnya, kegiatan dibuka secara resmi oleh Wakil Wali Kota Solo, Ibu Astrid Widayani.
Seusai seremoni, dilakukan penanaman biopori pertama di halaman Masjid Agung Surakarta yang dipimpin Wakil Wali Kota bersama Forkopimda dan tokoh lintas agama. Setelah itu, tiga tim penyuluh lintas agama dilepas menuju lokasi rumah ibadah masing-masing.
Penyuluh Agama Khonghucu, Js. Winarsih LD, menyampaikan harapannya agar penanaman biopori menjadi solusi praktis dan berkelanjutan bagi lingkungan rumah ibadah.
“Lubang biopori dapat menampung sampah daun kering untuk kemudian menjadi kompos yang menyuburkan tanaman, sekaligus mengurangi genangan air saat hujan deras. Harapannya, rumah ibadah di Solo tidak hanya bersih, tetapi juga berseri dan ramah lingkungan.”
Lebih lanjut, Js. Winarsih menekankan bahwa GEMARI Solo menjadi ruang kolaborasi lintas agama yang memperkuat kebersamaan antarpenyuluh.
“Melalui kegiatan ini, penyuluh lintas agama semakin solid bekerja sama. Kami berharap kegiatan serupa bisa menjadi contoh di daerah lain. Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu juga mendukung upaya ini agar gerakan rumah ibadah berseri bisa meluas dan menampilkan wajah penyuluh Khonghucu yang aktif dan solutif di tengah masyarakat.”
Terakhir, ia menegaskan pentingnya memulai langkah sederhana dari rumah ibadah untuk menular ke lingkungan masyarakat luas.
“Menjaga lingkungan agar berseri bisa dimulai dari langkah sederhana di sekitar kita masing-masing. Jika ditularkan kepada tetangga dan masyarakat, maka akan lahir lingkungan kota yang lebih indah, bersih, dan lestari.”
Kegiatan GEMARI Solo sejalan dengan program pemerintah tentang pelestarian lingkungan dan rumah ibadah ramah lingkungan. Dari rumah ibadah, diharapkan gerakan ini menular ke rumah umat dan masyarakat luas, sehingga terwujud Solo yang berseri dan Indonesia yang hijau.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi implementasi nyata dari Asta Protas Menteri Agama, khususnya poin penguatan ekoteologi. Dengan menumbuhkan kesadaran ekologis berbasis nilai-nilai agama, GEMARI Solo memperkuat komitmen Kementerian Agama dalam mengarusutamakan kepedulian lingkungan melalui rumah ibadah.**
- Imam Adlan -