Li Menyangkut Dimensi Ritual dan Etika 

Dr.Ongky Setio Kuncono, SH, SE, MM

Li yang mula-mula memiliki arti berkorban, berkorban hewan sebagai persembahan mengalami perluasan menjadi upacara adat istiadat pengorbanan kepada leluhur. Dalam altar Khonghucu korban bisa berupa ikan, babi, kepala sapi atau kerbau, ayam dll. 

Melihat kemerosotan Dinasti Zhou dimana adat kesopanan di istana menjadi bosa basi, sehingga pemerintahan merosot moralnya, bahkan dianggap bobrok. Disaat itulah Konfusius mengajarkan Kebajikan dengan harapan bisa melakukan perubahan pada masa yang kacau itu. Maka Konfusius melakukan tranfornasi besar-besaran dengan menggembangkan Li yang hanya memiliki arti sempit berkorban(ritual) menjadi Li yang memiliki makna etika moral dalam hal ini Kesusilaan. Konfusius telah memberikan definisi baru yang menyangkut ritual atau persebahan dan juga etika moral. Argumentasinya bila para penguasa sungguh-sungguh dalam menyelenggarakan upacara pengorbanan leluhur, mengapa mereka tidak bersungguh-sungguh dalam menperbaiki pemerintahan ? Bila para menteri menperlakukan sesama menteri dengan adat- istiadat kesopanan pergaualan istana, mengapa mereka tidak memperlakukan rakyat yang merupakan tulang negeri dengan cara sama. Dari argumentasi Konfusius, perlu menerapkan Li baik persembahyangan dan juga etika moral diterapkan tidak hanya di kingkungan bangsawan, melainkan di tingkat bawah masyarakat. Dari sinilah yang menyebabkan masyarakat tidak pandang bulu menerapkan Li sebagai dimensi ritual dan dimensi etika moral.  

Li, Kesusilaan menjadi hal yang penting dalam Agama Khonghucu.Terbentuknya perilaku dan kata-kata di Jalan Suci itulah hakekat Kesusilaan. Kesusilaan menjadikan kata-kata halus dan sopan-santun serta membatasi manusia dari perilaku tidak benar. Dengan berperilaku benar dan kata-kata yang benar dapat menyempurnakan pendidikan agama. Maka Jalan Suci (Dao), Kebajikan(De), Cinta Kasih (Ren) dan Kebeneran (Yi) tanpa Li tidak dapat  menyempurnakan Pendidikan(Agama) (Li Ji I A :13).
Jelas bahwa ( kesusilaan ) dibutuhkan untuk menyempurnkan kebajikan-kebajikan lainnya. Li, menjadi landasan kokoh dalam menata antar hubungan.
Seperti juga hubungan dalam Wulun (pimpinan dan bawahan, orang tua dan anak, kakak dan adik, kawan dan sahabat membutuhkan Li sebagai sebagai pengikat. Maka Li Kesusilaan tidak hanya berperan sebagai pengkikat dalam hubungan dalam Wulun saja, melainkan kepada semua elementer
Kesusilaan juga mengikat hubungan profesi dalam melayani guru bahkan dalam hubungan lebih luas lagi yakni Tian Di Ren, membutuhkan Kesusilaan. "Dalam melakukan doa dan sembahyang syukur dan menyampaikan persembahaan kepada Gui Shen (Yang Maha Roh), tanpa Kesusilaan tidak akan terbentuk ketulusan iman dan kekhitmatan"(Li Ji IA: 19)

Kesusilaan bukan menyangkut ritual saja, melainkan menyangkut etika moral. Li menjadi etika moral yang menjadikan segalanya tertib, melainkan juga menjadi tatanan upacara, yang menyangkut ritual atau persembahyangan.
Kesusilaan (Li) menjadi hal penting sebagai tatanan etika moral, adat kebiasaan, tata krama serta ritual dan persebahyangan. Sebagai etika moral, Li menjadi aturan yang melandasi peritingkah laku manusia sekaligus mengatur berbagai hubungan. "Hubungan antara pemimpin dan pembantu atasan dan bawahan, orang tua dan anak, kakak dan adik, tanpa Kesusilaan tidak akan dapat ditetapkan"( Liji IA 5.16, hal 2). Li Kesusilaan adalah yang mendasari nilai-nilai lainnya baik Dao, De,Ren dan Yu. "Jalan Suci(Dao), Kebajikan(De), Cinta Kasih(Ren) dan Kebenaran (Yi) tanpa kesusilaan (Li)tidak dapat menyempurnakan pendidikan atau agama" (Liji IA 5.13). Li, Kesusilaan sebagai etika moral menjalin keakrapan hubungan murid dengan guru. "Didalam belajar untuk suatu profesi dan bagaimana melayani guru, tanpa Kesusilaan tidak dapat terjalin keakrapan" ( Liji : 5.17,hal 3). Li juga digunakan dalam tatanan di pemerintahan, militer dan juga melaksanakan hukum. " Berbagai jabatan di istana, mengatur balatentara dan membereskan jawatan-jawatan,, melaksanakan hukum tanpa Kesusilaan(Li) tidak akan tegak kewibawaannya"(Liji IA 5.18 ).

Kesusilaan (Li) bukan saja mengatur hubungan antar manusia, juga dipergunakan dalam hubungannya dengan persembahyangan kepada Tuhan. "Di dalam melakukan doa dan sembahyang syukur dan menyampaikan persembahan kepada Gui Shen(Yang Maha Roh), tanpa Kesusilaan tidak akan terbentuk ketulusan iman dan kekhidmatan" (Liji IA 5.19). Adat kesusilaan diciptakan oleh Nabi agar manusia memiliki martabat yang berbeda dengan binatang. "Karena itu para Nabi(Sheng Ren) menciptakan Kesusilaan untuk mendidik orang, agar orang yang berkesusilaan itu mengerti bahwa dirinya berbeda dengan hewan"(Liji IA 5.22).

Kesusilaan ada benang merah dengan berbakti, tindakan bakti itu bagian dari Li kesusilaan." Adakah Kesusilaan bagi semua anak manusia; Pada musim dingin berupaya menghangatkan dan pada musim panas berupaya menyejukkan Menjelang senja wajib membereskan segala sesuatunya dan pada pagi hari wajib menanyakan kesehatan(nya) ;didalam pergaulan dengan orang-orang mengupayakan tidak sampai berebut"( Liji IA II 2.2, hal 5).

Kesusilaan menyangkut tata krama kehidupan misalnya : jangan menimbulkan bunyi waktu makan, jangan merebut makanan yang disukainya (Liji IA : 13.55), jangan menelan tergesa - gesa kuah yang didalamnya ada sayurnya, jangan mencungkil gigi (Liji IA : 13.57, hal 16). Jangan menjawab sesuatu dengan kata-kata yang keras dan tajam, jangan melihat sesuatu dengan lirikan bersifat maksiat, jangan santai yang menunjukkan kemalasan(Liji IA :4.23), jangan berdiri menaikkan satu kaki( Liji IA:4.24), jangan membiarkan dada terbuka, jangan mengangkat pakaian bawah ke atas( Liji IA : 4.26).
Li, Kesusilaan juga menyangkut niat baik seseorang (good will) seseorang, bukan bosa basi. Sebagai contoh : "Bila menyampaikan bela sungkawa tetapi tidak dapat memberi bantuan/ sumbangan, janganlah bertanya tentang pembiayaan. Menjenguk orang yang sakit tetapi tidak dapat membawakan sesuatu jangan bertanya-tanya tentang apa yang dia inginkan. Melihat orang ( yang sedang dalam perjalanan) dan tidak dapat memberikan penginapan, jangan bertanya dimana dia akan berhenti" (Liji IA : 8.37, hal 23).
Li, Kesusilaan belakangan menjadi aturan yang digunakan dalam dunia bisnis, menjadi ciri seorang entrepreneur maupun leadership   harus memiliki Li agar mendapat kinerja yang baik. Bisnis yang berdasarkan Li, menjadikan maju dan sukses karena akan didukung oleh konsumen atau pelanggan, mendapatkan dorongan dari pemasuk dengan sebaik baiknya.
Bahwa Li, mengyangkut dimensi spiritual dan dimensi etika moral yang memiliki benang merah dengan Dao, bakti, harmoni, Cinta Kasih, Kebajikan dll.


Jiangdao LAINNYA

Terbesar dan Terbaik

Toleransi di Era Digital 

Li Menyangkut Dimensi Ritual dan Etika 

Tahapan Iman Khonghucu 

Hidup adalah Kumpulan dari Penderitaan

Hubungan Wulun dan Datong

Tempat yang Mencerahkan